Menjadi Kaya bukan Aib


Menjadi Kaya itu Bukan Aib

Lebih enak didengar mana?

"Na'udzubillah, itu orang ya, sudah miskin, hidupnya blangsak, gak punya akhlak, sukanya malak, kepada orang tua sukanya mencak-mencak"

Atau kalimat berikut?

"MasyaAllah ya, beliau ini sudah kaya raya, dermawan, rajin pula ibadahnya, berbakti kepada orang tua, infak tidak pernah tanggung-tanggung."

Gak perlu dijawab, pasti teman-teman lebih menyukai  kalimat yang ke-2 ya. Ya, demikianlah keadaannya ketika harta berada ditangan orang yang shalih.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad _shallallahu'alaihi wa sallam_:
"Harta terbaik adalah yang dimiliki seseorang yang shalih" (HR. Ahmad) 

Jadi sangat jelas ya, bahwa memiliki harta banyak itu bukanlah hal yang tercela apalagi aib. Jadi kita seharusnya gak perlu anti dengan harta. Harta kekayaan itu netral, dan jelas itu merupakan nikmat dari Allah yang harus dan wajib untuk kita syukuri.

Kaya raya itu bukan hal yang tercela, yang menjadikan tercela itu adalah perilaku dari orangnya. Apabila orang yang diberi harta lantas menjadikan ia tamak dan pelit, nah ini baru tercela. Ia terus menumpuk-numpuk harta dengan segala cara tak peduli halal dan haram. Mereka terus menumpuk-numpuk dan tidak mau menunaikan hak harta seperti zakat, infak, dan sedekah. 

Hal seperti ini juga ada contohnya, yakni seperti kisah Qarun yang teman-teman pasti sudah pernah dengar kisahnya. Kaya harta tapi perilaku seperti Qarun, ini baru tercela. Kaya harta tapi tidak mau menunaikan haknya harta, ini baru tercela.

Bukankah kita sebagai seorang mukmin juga selalu berdoa:

"Wahai Rabb Kami! Karuniakanlah kepada kami *kebaikan di dunia dan di akhirat* dan jauhkanlah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah 201)

Harta merupakan salah satu bentuk kebaikan di dunia yang Allah berikan kepada kita. 

Imam Khazin _rahimahullah_ menjelaskan tafsir ayat di atas: 
Allah membagi umat manusia yang berdoa menjadi dua: pertama, kelompok yang hanya berdoa untuk kepentingan dunia. Mereka inilah orang-orang kafir, karena mereka tidak iman terhadap akhirat. Kedua, yaitu orang-orang mukmin yang menggabungkan dalam doa mereka antara kebaikan dunia dan akhirat. 

Jadi, dimanakah posisi kita? Bukankah kita ingin menjadi bagian dari orang-orang beriman?

Maka jangan sungkan, jangan ragu, jangan tanggung-tanggung untuk memohon kebaikan dunia dan akhirat. Jangan alergi lagi dengan harta!

Dan jangan lupa tetaplah meminta dan memohon pada Allah agar kita tetap istiqomah di atas Iman dan Islam. Tidak terfitnah dengan harta. Justru, harta yang kita peroleh menjadikan kita makin istiqomah dan makin taat ibadah.

Dengan harta ibadah makin lancar, menuntut ilmu makin mudah, berdakwah makin diterima, rumah tangga makin sakinah, dan beramal makin indah.

InsyaAllah menjalankan bisnis atau ikhtiar lainnya menjadi bagian dari diantara terkabulnya doa kita untuk kebaikan dunia, juga akhirat kita.


Komentar